Senin, 06 Februari 2012

Keberadaan Permainan Tradisional dan Permainan Modern dalam Tumbuhkembang Anak


     Indonesia merupakan negara yang kaya akan seni dan budaya. Kekayaan seni dan budaya inilah yang kemudian menjadi ciri khas bagi kepribadian bangsa Indonesia. Salah satu bentuk seni rakyat di Indonesia adalah “dolanan” yang dilakukan oleh anak-anak di halaman rumah setiap datangnya bulan purnama. “Dolanan” inilah yang kemudian sering dikenal sebagai permainan tradisional bangsa Indonesia. Permainan tradisional menjadi permainan khas bangsa Indonesia, dan sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang mendasarkan segala sesuatunya dengan gotong royong, maka jenis dari permainan tradisional selalu mencerminkan kegotongroyongan.
     Permainan terus berkembang dari waktu ke waktu. Permainan ini kemudian tidak hanya dilakukan pada saat bulan purnama datang, namun juga sebagai kegiatan bermain anak sehari-hari. Anak-anak mengadakan suatu permainan di pekarangan rumah dan mengajak teman-temannya untuk turut serta. Mereka memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar mereka untuk dijadikan sebagai alat permainan. Peraturan yang dibuat disesuaikan dengan kondisi yang ada.
     Seiring dengan meluasnya globalisasi, maka jenis permainan pun tidak luput dari pengaruhnya. Terdapat jenis-jenis permainan baru yang masuk ke Indonesia. Permainan ini kemudian lebih dikenal dengan permainan modern. Adanya permainan tradisional dan permainan modern menimbulkan suatu pembandingan antara keduanya. Siapakah yang lebih unggul, permainan tradisional ataukah permainan modern?
    Sering kali dinyatakan bahwa permainan modern telah menyisihkan keberadaan permainan tradisional. Permainan tradisional menjadi jarang dimainkan dan hanya dikenal di daerah pinggiran saja. Permainan modern yang dianggap lebih mengikuti perkembangan jaman kemudian lebih dapat merebut hati anak-anak.  Beberapa ahli menyayangkan kondisi ini. Menurut mereka, permainan tradisional lebih mempunyai dampak yang positif daripada permainan modern. Permainan tradisional mengajarkan kepada anak tentang kebersamaan, sehingga dirasa lebih baik bagi perkembangan anak. Sedangkan permainan modern yang lebih mengajarkan sifat individualistik kepada anak dianggap mempunyai dampak yang kurang baik terhadap tumbuhkembang mereka. Namun apakah memang demikian? Apakah permainan modern memang hanya membawa dampak negatif bagi anak?

a.   Permainan tradisional
Permainan tradisional merupakan salah satu ragam dari kegiatan bermain aktif, yaitu kegiatan yang melibatkan banyak aktivitas tubuh atau gerakan-gerakan tubuh (Hurlock dalam Tedjasaputra, 2001). Permainan tradisional lebih banyak bersifat mengeksplorasi dan termasuk dalam jenis permainan dan olahraga. Maksudnya adalah permainan yang dimainkan memiliki aturan serta persyaratan yang disetujui bersama. Namun jika dilihat dari tahap perkembangan bermain, maka permainan tardisional termasuk dalam tahap cooperative play. Cooperative play adalah suatu kegiatan bermain bersama yang melibatkan kerjasama, pembagian tugas, dan pembagian peran (Mildred Parten dalam Tedjasaputra, 2001). Sedangkan menurut Jean Piaget, permainan tradisional termasuk dalam tahap social play games with rules atau kegiatan bermain yang aturan permainannya dibuat sendiri dan biasanya untuk anak usia kurang lebih 8-11 tahun. Menurut Rubin, Fein & Vandenberg and Smilansky, permainan tradisional termasuk dalam tahap bermain pura-pura dan permainan dengan peraturan, dimana bermain pura-pura biasanya dilakukan oleh anak usia 3-7 tahun dan permainan dengan peraturan untuk anak usia 6-11 tahun.
     Beberapa ahli menyatakan bahwa terdapat banyak muatan positif dalam permainan tradisional bagi perkembangan anak, antara lain:
1.   Mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak
Sifat dari permainan tradisional salah satunya adalah mengeksplorasi, yaitu melibatkan suatu perencanaan dan pembuatan aturan oleh sejumlah pemain yang terlibat. Para pemain dituntut untuk kreatif menciptakan aturan-aturan yang sesuai, dan mengembangkan strategi agar dapat memenangkannya. Misal pada permainan congklak. Anak membuat peraturan permainan yang sesuai kemudian membuat suatu strategi agar dapat memperoleh biji milik lawan sebanyak mungkin. Sementara pada permainan pasaran, anak-anak menggunakan barang-barang yang ada di sekitar mereka sebagai alat permainan. Tumbuhan sebagai sayuran, kaleng sebagai tempat sup, batu sebagai telur, dsb. Hal ini dapat mengembangkan kreativitas dan imajinasi mereka.
2.   Mengembangkan kemampuan anak dalam menjalin hubungan terutama dengan teman sebaya (interaksi sosial)
Permainan tradisional umumnya dilakukan secara berkelompok. Hal ini kemudian dapat mengembangkan kemampuan anak untuk menjalin interaksi dengan teman sebayanya, misalnya dalam permainan pasaran, congklak, bola bekel, bentengan, dll.
3.   Mengembangkan kemampuan kinestetik dan motorik anak
Beberapa permainan tradisional lebih banyak melibatkan aktivitas fisik anak, misalnya saja lompat tali yang mengharuskan anak untuk melakukan lompatan agar bisa melewati tali yang direntangkan oleh kedua orang temannya, dan pada permainan bentengan anak-anak harus berlari mengejar lawan dan merebut benteng lawan. Melalui hal ini anak dapat mengembangkan kemampuan kinestetik mereka. Sementara pada permainan congklak dan bola bekel, anak dapat mengembangkan kemampuan motorik mereka.
4.   Permainan tradisional mengajarkan kepada anak untuk hidup sederhana
Peralatan dalam permainan tradisional mudah didapat dan tidak memerlukan biaya mahal, karena peralatan yang digunakan dapat diambil dari lingkungan sekitar. Melalui hal ini anak dapat belajar hidup secara sederhana dengan memanfaatkan apa saja yang ada di sekitarnya.

     Selain beberapa kelebihan di atas, juga terdapat beberapa kekurangan dalam permainan tradisional. Hampir semua permainan tradisional dilakukan secara berkelompok dan melibatkan sejumlah aturan dalam permainan sehingga yang dapat memainkannya hanyalah anak-anak yang sudah memasuki usia sekolah, terutama anak usia SD. Permainan tradisional membutuhkan ruang terbuka (outdoor), dan kebanyakan harus dimainkan di area yang cukup luas, hal ini menyebabkan permainan tradisional menjadi kurang fleksibel untuk dimainkan, mengingat semakin sempitnya lahan yang ada di perumahan sekarang ini. Jenis dan warna dari permainan tradisional juga kurang variatif, sehingga dapat mengurangi minat anak terhadap permainan tradisional. Anak juga kurang memperoleh rangsang dalam warna.
  
b.  Permainan Modern
Menurut Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M. Si., dalam Nakita, permainan modern bisa dengan mudah menyisihkan permainan tradisional karena bentuknya yang variatif, begitu pula warna dan jenis permainannya. Permainan modern dapat dimainkan di mana saja dan kapan saja (jenis indoor). Selain itu, walaupun tanpa teman anak bisa memainkannya dengan seru. Ragam jenis permainan modern juga dapat mencakup seluruh usia. Jika dikaitkan dengan tahap bermain sesuai tahapan perkembangan kognitif anak menurut Rubin, Fein & Vandenberg and Smilansky, maka kelebihan dari permainan modern dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)  Bermain fungsional (anak usia 1-2 tahun), yaitu hanya berupa gerakan yang sederhana dan berulang-ulang
2) Bangun Membangun (3-6 tahun), yaitu permainan dilakukan dengan membentuk sesuatu/ menciptakan bangunan tertentu, misalnya saja dalam permainan lego.
3) Bermain pura-pura (3-7 tahun), permainan dilakukan dengan menirukan kegiatan orang yang dijumpai dalam kegatan sehari-hari atau meniru peran imajinatif tokoh yang dikenal melalui film atau dongeng. Misalnya saja dalam permainan boneka Barbie.
4) Permainan dengan peraturan (6-11 tahun), yaitu dilakukan dengan memahami dan bersedia mematuhi aturan permainan, misalnya saja dalam permainan UNO, play station, perlombaan mobil tamiya, dll.

     Dari sini kemudian bisa dilihat bahwa sebenarnya permainan modern pun memiliki manfaatnya sendiri. Jenis dan warnanya yang lebih variatif dapat meningkatkan rangsang anak terhadap warna. Permainan modern juga dapat mengembangkan kreativitas anak misalnya melalui permainan rancang balok/ lego dan permainan mobil tamiya yang memberikan kesempatan pada anak untuk merancang dan memodifikasi mobilnya sendiri. Anak juga berlatih untuk mengatur strategi, misalnya dalam permainan UNO, mobil tamiya, dan play station.
     Beberapa permainan modern sebenarnya memiliki persamaan dengan permainan tradisional, hanya saja bentuk dan warnanya lebih variatif , misalnya saja permainan blay bade yang merupakan bentuk variasi dari permainan gasing, serta Barbie yang merupakan bentuk variasi dari permainan bongkar pasang dan boneka dari dahan tanaman pisang. Namun seperti halnya permainan tradisional, permainan modern pun memiliki kekurangan, antara lain:
1.  Seringkali permainan modern membutuhkan biaya yang mahal untuk dapat memperoleh atau memainkannya, sehingga tidak semua anak dapat menikmatinya.
2.   Anak menjadi individualis karena jenis permainan modern tetap dapat dimainkan meskipun tanpa teman.
3. Anak menjadi kurang terlatih untuk menjalin interaksi dengan teman sebaya, karena permainan modern kurang dalam sisi kerja samanya. Hal ini juga dapat membuat anak menjadi pribadi yang ingin menang sendiri.
4. Memang terdapat permainan yang dapat melatih kerja sama dan kekompakan tim, misalnya saja outbond, namun sekali lagi, untuk dapat memainkannya dibutuhkan biaya yang tidak sedikit karena para pemain harus menyewa instruktur dan alat permainannya.


     Melalui penjelasan di atas kemudian dapat dilihat, bahwa baik permainan tradisional maupun permainan modern mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing bagi perkembangan anak. Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M. Si., dalam Nakita, menyatakan bahwa antara permainan tradisional dan permainan modern tidak ada yang lebih baik ataupun lebih jelek. Ia berpendapat antara permainan tradisional dengan permainan modern mempunyai manfaat yang saling melengkapi. Melalui permainan modern, anak-anak mendapatkan rangsangan yang bersifat kognitif, sedangkan yang bersifat fisik, kebersamaan, dan ketangkasan dapat diperoleh dari permainan tradisional. Permainan tradisional kurang diminati salah satunya disebabkan oleh orang tua yang lupa memperkenalkan permainan di masa kecilnya kepada anak-anak, selain karena memang semakin sempitnya lahan yang dapat dijadikan tempat bermain dan jenis permainan modern yang lebih menarik dan praktis untuk memainkannya. Oleh karena itu peran orang tua dibutuhkan untuk membimbing anak dalam aktivitas bermainnya. Orang tua dapat mengenalkan kepada anak beragam jenis permainan yang sesuai dengan tahap perkembangan mereka, baik berupa permainan tradisional maupun permainan modern. 


DAFTAR PUSTAKA

Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: Gramedia
Ahira, Anne., ___, Permainan Tradisional, [online], (www.anneahira.com, diakses tanggal 5 November 2011)
Solahuddin, Gazali., ___, Lincah dan Cekatan Berkat Permainan Tradisional, [online], (www.tabloid-nakita.com/Panduan/panduan05223-01.htm, diakses tanggal 5 November 2011)

Tidak ada komentar: