Minggu, 27 November 2011

Pengaruh Urutan Kelahiran terhadap Pembentukan Perilaku Anak

Anak pertama haruslah lebih dewasa, bisa menjaga adik-adiknya, lebih mandiri, lebih sukses,dan lain-lain yang pada intinya harus lebih superior dari adik-adiknya. Sedangkan anak bungsu adalah si manja yang cukup berlindung di bawah ketiak orang tua dan yang harus dilindungi oleh kakaknya. Lain lagi cerita jika dia si anak tunggal. Anak tunggal adalah anak manja yang suka bikin onar, kurang bisa mengendalikan diri, dan selalu mementingkan dirinya sendiri. Mungkin pernyataan-pernyataan tersebut sudah tidak asing di telinga kita. Lalu apakah yang menjadi penyebab hal-hal tersebut? Apakah memang ada kaitannya antara urutan kelahiran seseorang dengan pembentukan perilakunya?

Urutan kelahiran memang hal yang cukup menarik perhatian para peneliti, khususnya peneliti saudara kandung. Dan sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui sampai dimana pengaruh urutan kelahiran bagi pembentukan perilaku seseorang. Adapun beberapa peneliti yang melakukan penelitian terhadap urutan kelahiran adalah Alfred Adler, Sulloway, Francis Galton, Paulhus, Trapnel, dan Chen. Dimana hasil dari penelitian mereka kurang lebih menunjukkan hal yang sama.

Adler yakin akan pentingnya pengaruh urutan kelahiran dalam menentukan perilaku dan kepribadian seseorang. Misalnya saja pada anak pertama. Awalnya mereka adalah “anak emas“ dalam keluarga karena mereka adalah satu-satunya anak dalam keluarga tersebut. Anak pertama tidak perlu berbagi kasih sayang dan mutlak memiliki kasih sayang kedua orang tuanya sampai saudara kandung lainnya lahir (adik). Dan kemudian mereka pun harus belajar bahwa dalam kenyataannya mereka bukan lagi fokus utama keluarga karena orang tua membagi kasih sayang dan perhatiannya dengan saudara kandung yang lain. Perubahan yang tiba-tiba ini dapat mendorong munculnya sifat kemandirian pada anak pertama, dikarenakan anak pertama merasa harus berjuang untuk mendapatkan status dalam keluarga. Tidak jarang pula anak pertama pada akhirnya juga mengembangkan peran sebagai orang tua semu, yang bertugas untuk menjaga adiknya atau dengan kata lain membantu orang tua dalam mengasuh adiknya. Sementara itu menurut Adler, anak kedua lahir dalam situasi persaingan dan kompetisi. Hal ini selain memberi dampak positif berupa dorongan bagi anak kedua untuk mendapatkan pencapaian yang lebih besar, juga dapat menimbulkan rasa minder atau rusaknya kepercayaan diri akibat kegagalan yang berulang. Sedangkan anak terakhir biasanya lebih manja dari saudara kandung lainnya. Mereka akan selalu dianggap “bayi dalam keluarga”.

Lebih lanjut Adler membuat perumusan sebagai berikut: Pandangan Adler tentang Sifat-sifat Anak Akibat Urutan Kelahiran Anak sulung, sisi positif: Memerhatikan dan melindungi orang lain, pengorganisasi yang baik, namun sisi negatifnya adalah penuh kecemasan,perasaan berkuasa yang berlebihan, kebencian tidak sadar, memaksakan diri untuk diterima, harus selalu menjadi “benar”, sementara yang lain selalu” keliru, sangat kritis terhadap orang lain, tidak kooperatif. Anak kedua: sangat termotivasi, kooperatif, sangat kompetitif, bersaing secara moderat, mudah putus asa. Anak bungsu: memiliki ambisi yang realistik, gaya hidup manja, bergantung pada orang lain, ingin sempurna dalam segala sesuatu, memiliki ambisi yang tidak realistik. Anak tunggal: dewasa secara sosial, perasaan unggul yang berlebihan, perasaan koopertif yang rendah, pemahaman diri yang dilebih-lebihkan, gaya hidup manja. (Sumber: Theories of Personality, Jess Feist dan Gregory J. Feist)

Ide mengenai urutan kelahiran sebenarnya sebagian besar berasal dari karya Francis Galton. Penelitian tentang urutan kelahiran telah menghasilkan penelitian yang banyak, diantaranya adalah anak pertama memang lebih mungkin masuk perguruan tinggi dan mencapai kesuksesan karier sebagai ilmuwan (Simonton, 1994), namun adik-adiknya lebih mungkin menjadi kreatif, pemberontak, revolusioner, atau perintis.

Sulloway, berdasarkan tinjauan terhadap 6000 biografi orang-orang terkenal dalam sejarah Barat, menyimpulkan bahwa meskipun anak pertama menunjukkan pola pencapaian yang tinggi, tetapi mereka cenderung kurang mendukung pandangan revolusioner dibanding anak yang lahir belakangan. Sulloway berfokus pada dinamika keluarga untuk menjelaskan pengaruh urutan kelahiran dalam kecenderungan anak dalam menyatakan ketidaksetujuannya dan dalam hal penerimaan ide-ide radikal. Anak pertama memiliki kecenderungan mengadopsi strategi pertahanan hidup atau adaptasi yang berbeda dari saudara kandungnya yang lain.

Urutan kelahiran memiliki asosiasi dengan variasi-variasi dalam hubungan saudara kandung. Anak pertama cenderung diharapkan untuk senantiasa bisa mengendalikan diri serta memiliki tanggung jawab yang lebih dibandingkan dengan saudara kandung yang lain. Sehingga dalam berinteraksi dengan saudara kandung yang lain, anak pertama akan memperlihatkan tanggung jawabnya dan mereka selalu berlatih untuk mengendalikan diri mereka. Bila terjadi suatu konflik, tidak jarang orang tua cenderung melindungi saudara yang lebih muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan terbentuknya rasa kemandirian dalam diri anak pertama, tidak jarang pula pada akhirnya akan membentuk rasa iri dan permusuhan pada anak pertama. Anak pertama lebih dominan dalam keluarga, kompeten, dan berkuasa daripada saudara kandung yang lain. Sehingga mereka diharapkan dapat membantu dan menjaga saudaranya yang lebih muda.

Para peneliti memperlihatkan bahwa anak pertama atau saudara yang lebih tua mempunyai sifat yang lebih antagonistik dan lebih menyayangi saudaranya lebih dari sebaliknya. Sedangkan pada relasi saudara kandung yang berjenis kelamin sama, terdapat suatu agresi dan dominasi yang lebih besar daripada relasi saudara kandung berjenis kelamin berbeda.

Jika melihat perbedaan-perbedaan dalam dinamika keluarga yang berkaitan dengan urutan kelahiran, tidak aneh apabila anak yang lahir terlebih dahulu dan yang lahir belakangan memiliki karakteristik yang tidak sama. Anak yang lahir terlebih dahulu lebih berorientasi dewasa, sehingga mereka terlihat lebih dewasa daripada saudara kandungnya yang lain. Mereka juga mempunyai kecenderungan suka menolong, dapat menyesuaikan diri, cemas, dan dapat mengendalikan diri dibandingkan saudara kandungnya yang lain.

Orang tua memberi lebih banyak perhatian kepada anak-anak yang lahir duluan dan ini berkaitan dengan perilaku pengasuhan anak-anak yang lahir duluan (Stanhope & Corter, 1993). Orang tua mempunyai tuntutan dan standar yang tinggi terhadap anak pertama. Tuntutan ini mengakibatkan anak pertama sering kali memiliki karir akademik dan profesional yang memuaskan. Namun tidak jarang pula, hal ini pulalah yang menjadi sebab mengapa mereka memiliki rasa bersalah yang tinggi, cemas, sulit, mengatasi situasi yang tidak memyenangkan dan lebih sering harus masuk klinik dan bimbingan anak (Santrock, 1983)

Tidak demikian dengan anak tunggal. Dalam kasus anak tunggal, kita sering mendengar konsep bahwa anak tunggal adalah anak nakal yang manja. Dimana mereka mempunyai karakteristik seperti sangat tergantung kepada orang lain, kurang kendali diri dan cenderung egois atau mementingkan dirinya sendiri. Tetapi para peneliti memberi suatu potret yang lebih positif tentang anak tunggal. Mereka sering kali berorientasi prestasi dan memperlihatkan suatu kepribadian yang menyenangkan, khususnya dibandingkan dengan anak yang lahir belakangan dan anak-anak dari keluarga besar (Falbo & Polit, 1986; Falbo dan Poston, 1993; Thomas, Coffman, Kipp, 1993).

Sampai di sini mungkin kita telah mempunyai pandangan tentang pengaruh urutan kelahiran, dimana urutan kelahiran mungkin merupakan hal yang berpengaruh paling kuat dalam memprediksi perilaku seseorang. Namun peneliti mempunyai pandangan lain, seiring dengan meningkatnya jumlah keluarga, bahwa urutan kelahiran terlalu dilebih-lebihkan. Para pengkritik menyatakan bahwa bila semua faktor yang mempengaruhi perilaku diperhitungkan, urutan kelahiran itu sendiri memperlihatkan kemampuan yang terbatas untuk meramalkan perilaku.

Penelitian tentang urutan kelahiran biasanya juga tidak membedakan efek urutan biologis dari efek urutan pengasuhan. Misalnya saja, jika anak yang lahir pertama meninggal saat lahir, anak yang lahir kedualah yang menjadi anak paling tua (Friedman & Schustack, 2006). Perlu digarisbawahi bahwa relasi saudara kandung itu bervariasi, tidak hanya meliputi urutan kelahiran, tetapi jumlah saudara kandung, usia, jarak usia, dan jenis kelamin juga masuk dalam variasi relasi saudara kandung itu sendiri.

Selain itu, perlu juga dipertimbangkan peranan temperamen. Para peneliti telah menemukan bahwa ‘sifat-sifat temperamental’ saudara-saudara kandung (“mudah” dan “sulit”, misalnya), menentukan bagaimana saudara-saudara kandung dalam keluarga cocok satu sama lain. Perlakuan yang berbeda oleh orang tua kepada anak-anak, juga berpengaruh terhadap bagaimana saudara-saudara kandung itu cocok satu sama lain (Stocker & Dunn, 1991).

Faktor-faktor penting lain yang mempengaruhi perilaku anak adalah keturunan (heredity), model kompetensi atau inkompetensi yang orang tua sampaikan kepada anak-anak sehari-hari, model pengaruh teman sebaya, pengaruh sekolah, faktor sosial ekonomi, faktor sosial kesejahteraan, variasi kebudayaan, dan lain-lain (Santrock, 1983). Selain hal tersebut, motivasi dalam diri individu juga mempunyai peran penting dalam menentukan perilakunya. Namun tidak bisa kita pungkiri bahwa relasi dan interaksi saudara kandung adalah dimensi yang penting dalam suatu keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
Feist, Jest & Gregory J. Feist. 2008. Theories of Personality Edisi Keenam. Yogyakarta: Pustaka   Belajar
Friedman, Howard S & Miriam W. Schustack. 2008. Kepribadian: Teori klasik dan Riset Modern Edisi  Ketiga. Jakarta: Erlangga
Santrock, John W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Tidak ada komentar: